Cara memecahkan masa dormansi
Dormansi
adalah peristiwa dimana benih atau biji mengalami masa istirahat
(Dorman). Selanjutnya didefinisikan bahwa Dormansi adalah suatu keadaan dimana
pertumbuhan tidak terjadi walaupun kondisi lingkungan mendukung untuk terjadinya
perkecambahan (Anonim, 2009). Dormansi benih berhubungan dengan usaha benih
untuk menunda perkecambahannya, hingga waktu dan kondisi lingkungan
memungkinkan untuk melangsungkan proses tersebut. Dormansi dapat terjadi pada
kulit biji maupun pada embryo. Biji yang telah masak dan siap untuk berkecambah
membutuhkan kondisi klimatik dan tempat tumbuh yang sesuai untuk dapat
mematahkan dormansi dan memulai proses perkecambahannya. Pretreatment
skarifikasi digunakan untuk mematahkan dormansi kulit biji, sedangkan
stratifikasi digunakan untuk mengatasi dormansi embryo (Elisa, 2009)
Banyak biji tumbuhan budidaya yang menunjukkan perilaku ini. Penanaman benih secara normal tidak menghasilkan perkecambahan atau hanya
sedikit perkecambahan. Perlakuan tertentu perlu dilakukan untuk mematahkan
dormansi sehingga benih menjadi tanggap terhadap kondisi yang kondusif bagi
pertumbuhan. Bagian tumbuhan yang lainnya yang juga diketahui berperilaku
dorman adalah kuncup.
PENYEBAB TERJADINYA DORMANSI
Benih yang mengalami dormansi
ditandai oleh :
- Rendahnya / tidak adanya proses imbibisi air.
- Proses respirasi tertekan / terhambat.
- Rendahnya proses mobilisasi cadangan makanan.
- Rendahnya proses metabolisme cadangan makanan.
Kondisi dormansi mungkin dibawa
sejak benih masak secara fisiologis ketika masih berada pada tanaman induknya
atau mungkin setelah benih tersebut terlepas dari tanaman induknya. Dormansi
pada benih dapat disebabkan oleh keadaan fisik dari kulit biji dan keadaan
fisiologis dari embrio atau bahkan kombinasi dari kedua keadaan tersebut.
Secara umum menurut Aldrich (1984)
Dormansi dikelompokkan menjadi 3 tipe yaitu :
- Innate dormansi (dormansi primer)
- Induced dormansi (dormansi sekunder)
- Enforced dormansi
Sedangkan menurut Sutopo (1985)
Dormansi dikelompokkan menjadi 2 tipe yaitu :
- Dormansi Fisik, dan
- Dormansi Fisiologis
Dormansi Fisik disebabkan oleh
pembatasan struktural terhadap perkecambahan biji, seperti kulit biji yang
keras dan kedap sehingga menjadi penghalang mekanis terhadap masuknya air atau
gas-gas ke dalam biji.
Beberapa penyebab dormansi fisik adalah :
Impermeabilitas kulit biji terhadap
air
Benih-benih yang termasuk dalam type
dormansi ini disebut sebagai "Benih keras" karena mempunyai kulit
biji yang keras dan strukturnya terdiri dari lapisan sel-sel serupa palisade
berdinding tebal terutama di permukaan paling luar. Dan bagian dalamnya
mempunyai lapisan lilin dan bahan kutikula.
Resistensi mekanis kulit biji
terhadap pertumbuhan embrio
Disini kulit biji cukup kuat
sehingga menghalangi pertumbuhan embrio. Jika kulit biji dihilangkan, maka
embrio akan tumbuh dengan segera.
Permeabilitas yang rendah dari kulit
biji terhadap gas-gas
Pada dormansi ini, perkecambahan
akan terjadi jika kulit biji dibuka atau jika tekanan oksigen di sekitar benih
ditambah. Pada benih apel misalnya, suplai oksigen sangat dibatasi oleh keadaan
kulit bijinya sehingga tidak cukup untuk kegiatan respirasi embrio. Keadaan ini
terjadi apabila benih berimbibisi pada daerah dengan temperatur hangat.
Dormansi Fisiologis, dapat
disebabkan oleh sejumlah mekanisme, tetapi pada umumnya disebabkan oleh zat pengatur
tumbuh, baik yang berupa penghambat maupun perangsang tumbuh
Beberapa penyebab dormansi
fisiologis adalah :
Immaturity Embrio
Pada dormansi ini perkembangan
embrionya tidak secepat jaringan sekelilingnya sehingga perkecambahan
benih-benih yang demikian perlu ditunda. Sebaiknya benih ditempatkan pada
tempe-ratur dan kelembapan tertentu agar viabilitasnya tetap terjaga sampai
embrionya terbentuk secara sempurna dan mampu berkecambah.
After ripening
Benih yang mengalami dormansi ini
memerlukan suatu jangkauan waktu simpan tertentu agar dapat berkecambah, atau
dika-takan membutuhkan jangka waktu "After Ripening". After Ripening
diartikan sebagai setiap perubahan pada kondisi fisiologis benih selama
penyimpanan yang mengubah benih menjadi mampu berkecambah. Jangka waktu
penyimpanan ini berbeda-beda dari beberapa hari sampai dengan beberapa tahun,
tergantung dari jenis benihnya.
Dormansi Sekunder
Dormansi sekunder disini adalah
benih-benih yang pada keadaan normal maupun berkecambah, tetapi apabila dikenakan
pada suatu keadaan yang tidak menguntungkan selama beberapa waktu dapat menjadi
kehilangan kemampuannya untuk berkecambah. Kadang-kadang dormansi sekunder
ditimbulkan bila benih diberi semua kondisi yang dibutuhkan untuk berkecambah
kecuali satu. Misalnya kegagalan memberikan cahaya pada benih yang membutuhkan
cahaya.
Diduga dormansi sekunder tersebut
disebabkan oleh perubahan fisik yang terjadi pada kulit biji yang diakibatkan
oleh pengeringan yang berlebihan sehingga pertukaran gas-gas pada saat imbibisi
menjadi lebih terbatas.
Dormansi yang disebabkan oleh hambatan metabolis pada
embrio.
Dormansi ini dapat disebabkan oleh
hadirnya zat penghambat perkecambahan dalam embrio. Zat-zat penghambat
perkecambahan yang diketahui terdapat pada tanaman antara lain : Ammonia,
Abcisic acid, Benzoic acid, Ethylene, Alkaloid, Alkaloids Lactone (Counamin)
dll.
Counamin diketahui menghambat kerja
enzim-enzim penting dalam perkecambahan seperti Alfa dan Beta amilase.
Tipe dormansi lain selain dormansi
fisik dan fisiologis adalah kombinasi dari beberapa tipe dormansi. Tipe
dormansi ini disebabkan oleh lebih dari satu mekanisme. Sebagai contoh adalah
dormansi yang disebabkan oleh kombinasi dari immaturity embrio, kulit biji
indebiscent yang membatasi masuknya O2 dan keperluan akan perlakuan chilling.
Cara praktis meme-cahkan dormansi pada benih tanaman pangan.
Untuk mengetahui dan
membedakan/memisahkan apakah suatu benih yang tidak dapat berkecambah adalah
dorman atau mati, maka dormansi perlu dipecahkan. Masalah utama yang dihadapi
pada saat pengujian daya tumbuh/kecambah benih yang dormansi adalah bagaimana
cara mengetahui dormansi, sehingga diperlukan cara-cara agar dormansi dapat
dipersingkat.
Ada beberapa cara yang telah
diketahui adalah :
Dengan perlakuan mekanis.
Diantaranya yaitu dengan
Skarifikasi.
Skarifikasi mencakup cara-cara
seperti mengkikir/menggosok kulit biji dengan kertas amplas, melubangi kulit
biji dengan pisau, memecah kulit biji maupun dengan perlakuan goncangan untuk
benih-benih yang memiliki sumbat gabus.
Tujuan dari perlakuan mekanis ini
adalah untuk melemahkan kulit biji yang keras sehingga lebih permeabel terhadap
air atau gas.
Dengan perlakuan kimia.
Tujuan dari perlakuan kimia adalah
menjadikan agar kulit biji lebih mudah dimasuki air pada waktu proses imbibisi.
Larutan asam kuat seperti asam sulfat, asam nitrat dengan konsentrasi pekat
membuat kulit biji menjadi lebih lunak sehingga dapat dilalui oleh air dengan
mudah.
- Sebagai contoh perendaman benih ubi jalar dalam asam sulfat pekat selama 20 menit sebelum tanam.
- Perendaman benih padi dalam HNO3 pekat selama 30 menit.
- Pemberian Gibberelin pada benih terong dengan dosis 100 - 200 PPM.
Bahan kimia lain yang sering
digunakan adalah potassium hidroxide, asam hidrochlorit, potassium nitrat dan Thiourea.
Selain itu dapat juga digunakan hormon tumbuh antara lain: Cytokinin,
Gibberelin dan iuxil (IAA).
Perlakuan perendaman dengan air.
Perlakuan perendaman di dalam air
panas dengan tujuan memudahkan penyerapan air oleh benih.
Caranya yaitu : dengan memasukkan
benih ke dalam air panas pada suhu 60 - 70 0C dan dibiarkan sampai air menjadi
dingin, selama beberapa waktu. Untuk benih apel, direndam dalam air yang sedang
mendidih, dibiarkan selama 2 menit lalu diangkat keluar untuk dikecambahkan.
Perlakuan dengan suhu.
Cara yang sering dipakai adalah
dengan memberi temperatur rendah pada keadaan lembap (Stratifikasi). Selama
stratifikasi terjadi sejumlah perubahan dalam benih yang berakibat
menghilangkan bahan-bahan penghambat perkecambahan atau terjadi pembentukan
bahan-bahan yang merangsang pertumbuhan.
Kebutuhan stratifikasi berbeda untuk
setiap jenis tanaman, bahkan antar varietas dalam satu famili.
Perlakuan dengan cahaya.
Cahaya
berpengaruh terhadap prosentase perkecambahan benih dan laju perkecambahan.
Pengaruh cahaya pada benih bukan saja dalam jumlah cahaya yang diterima tetapi
juga intensitas cahaya dan panjang hari.
Teknik Pematahan Dormansi Biji
Biji yang telah masak dan siap untuk berkecambah membutuhkan kondisi
klimatik dan tempat tumbuh yang sesuai untuk dapat mematahkan dormansi dan
memulai proses perkecambahannya. Pretreatment skarifikasi digunakan untuk
mematahkan dormansi kulit biji, sedangkan stratifikasi digunakan untuk
mengatasi dormansi embryo (Abdi, 2008).
Skarifikasi merupakan salah satu upaya pretreatment atau perawatan awal
pada benih, yang ditujukan untuk mematahkan dormansi, serta mempercepat
terjadinya perkecambahan biji yang seragam. Upaya ini dapat berupa pemberian
perlakuan secara fisis, mekanis, maupun chemis (Elisa, 2009).Hartmann (1997)
dalam Elisa (2009) mengklasifikasikan dormansi atas dasar penyebab dan metode
yang dibutuhkan untuk mematahkannya. Dengan perlakuan mekanis, diantaranya
yaitu dengan Skarifikasi (Abdi, 2008).
Skarifikasi mencakup cara-cara seperti mengkikir/menggosok kulit biji dengan kertas amplas, melubangi kulit biji dengan
pisau, memecah kulit biji maupun dengan perlakuan goncangan untuk benih-benih
yang memiliki sumbat gabus.Tujuan dari perlakuan mekanis ini adalah untuk
melemahkan kulit biji yang keras sehingga lebih permeabel terhadap air atau
gas(Abdi, 2008).
- Dengan perlakuan kimia.
Tujuan dari perlakuan kimia adalah menjadikan agar kulit biji lebih mudah
dimasuki air pada waktu proses imbibisi. Larutan asam kuat seperti asam sulfat,
asam nitrat dengan konsentrasi pekat membuat kulit biji menjadi lebih lunak
sehingga dapat dilalui oleh air dengan mudah.Bahan kimia lain yang sering
digunakan adalah potassium hidroxide, asam hidrochlorit, potassium nitrat dan
Thiourea. Selain itu dapat juga digunakan hormon tumbuh antara lain: Cytokinin,
Gibberelin dan iuxil (IAA).
- Perlakuan perendaman dengan air.
Perlakuan perendaman di dalam air panas dengan tujuan memudahkan penyerapan
air oleh benih.Caranya yaitu : dengan memasukkan benih ke dalam air panas pada
suhu 60 - 70 0C dan dibiarkan sampai air menjadi dingin, selama beberapa waktu.
Untuk benih apel, direndam dalam air yang sedang mendidih, dibiarkan selama 2
menit lalu diangkat keluar untuk dikecambahkan.
Perendaman dengan air panas merupakan salah satu cara memecahkan masa
dormansi benih.
HCL adalah
salah satu bahan kimia yang dapat mengatasi masalah dormansi pada benih
- Perlakuan dengan suhu.
Cara yang sering dipakai adalah dengan memberi temperatur rendah pada
keadaan lembab (Stratifikasi). Selama stratifikasi terjadi sejumlah perubahan
dalam benih yang berakibat menghilangkan bahan-bahan penghambat perkecambahan
atau terjadi pembentukan bahan-bahan yang merangsang pertumbuhan.Kebutuhan
stratifikasi berbeda untuk setiap jenis tanaman, bahkan antar varietas dalam
satu famili.
- Perlakuan dengan cahaya.
Cahaya berpengaruh terhadap prosentase perkecambahan benih dan laju
perkecambahan. Pengaruh cahaya pada benih bukan saja dalam jumlah cahaya yang
diterima tetapi juga intensitas cahaya dan panjang hari.
(Abdi, 2008)
No comments:
Post a Comment